guru sufi mencari tuhan

Pencarian saya akan Tuhan berlangsung 21 tahun lamanya pada tahap pertama: tahapan syari’at. Saya pergi mencari Tuhan di pura dan candi-candi, gereja, masjid-masjid — tanpa makan, minum dan tidur, selama 21 tahun. Dan sepanjang itu pula saya menemui para tokoh, swami atau yogi. Pengalaman bersama mereka seperti meyakinkan saya bahwa walaupun apa yang mereka ajarkan tampak benar, namun terasa seperti tanpa garam, tak berasa apa-apa. Saat saya tanyakan apakah mereka melihat Tuhan, mereka tak sanggup menjelaskan-Nya. Kata-kata mereka hambar. Mereka sempat mengatakan bahwa satu-satunya jalan untuk melihat Tuhan adalah dengan bersemedi. Maka saya pun mendaki bukit di hutan, duduk di bawah sebuah pohon, menutup mata dan bersemedi 41 tahun lamanya. Namun saya tetap tak melihat Tuhan. Meski banyak hal tampil di sana, kerlap-kerlip, kilau cahaya dan berbagai keajaiban, namun kala saya acungkan senjata yang diberikan guru, mereka pun habis terbakar, pupus.
Saya telah bertemu banyak tokoh agama, swami, orang-orang suci yang datang meminta tolong kepada saya, karena tak mampu menunjuki apapun. Mereka mohon perlindungan. Mereka meminta agar saya tak menghancurkan mereka. Lantaran tak seorang pun sanggup memenuhi apa yang saya inginkan, saya pun mengurung diri ke pegunungan Himalaya selama 12 tahun. Di puncak gunung, di atas sana, saya berdiri dengan satu kaki pada bekas tetesan air yang telah membeku yang kelihatan seperti akar sebuah pohon. Saya berdiri seperti itu 12 tahun lamanya, berharap untuk dapat melihat Tuhan. Jika kalian mencoba berdiri dengan posisi yoga seperti itu, kalian tak akan sanggup membengkokkan tubuh.
Setelah 12 tahun waktu berjalan, saya pun terbangun dan menemukan tubuh saya telah tertutup es dan ditangkupi kabut tebal. Saya gunakan senjata dari guru untuk memecah es itu, dan seketika itu pun saya menyaksikan sebuah pemandangan yang luar biasa. Saya melihat banyak orang, yakni mereka yang telah begitu lama berada di tempat itu, mereka yang berdiri dengan dua kaki, dan mereka yang tertidur atau yang sekedar beristirahat beberapa tahun. Kebanyakan mereka tak sanggup bertahan dan meninggalkan tempat itu setelah sekian lama. Saya juga melihat bangkai-bangkai orang mati di sekeliling saya. Beberapa di antaranya tanpa jantung atau bahkan tak lagi berdaging, sementara yang lainnya benar-benar hanya tinggal tengkorak. Mereka adalah orang-orang yang datang untuk yoga, namun mereka tak lagi bernyawa. Saya katakan kepada pikiran saya sendiri, “Lihatlah, pikiranku, engkau telah menyia-nyiakan masa hidupku. Aku menghabiskan 70 tahun mencoba menemukan Tuhan, namun tak sedikit pun suara-Nya, kata-kata-Nya atau bahkan gaung-Nya terdengar. Kita berdua telah membuang waktu sia-sia. Demikian pula orang-orang di sini, mereka binasa di tengah jalan. Tuhan tidak di sini, aku harus mencarinya lebih jauh.” Saya pun turun dan pergi dari tempat itu.
Lalu terdengarlah sebuah suara. Saya acungkan senjata ke arah suara itu. Saya mendengarnya seperti sebuah nyanyian, tapi bukan nyanyian sihir, bukan nyanyian yang memperdayakan. Ternyata kemudian, itulah waktu ketika hati (qalb) saya menerima Hikmah Agung. Diri saya disulut oleh Al-Hikmah. Segalanya menjadi terang benderang dan saya melihat segalanya, segala yang ada! Seluruh misteri ditampakkan di hadapan saya. Lewat pemahaman akan misteri-Nya dan rahasia-rahasia dari ciptaan-Nya itu, saya melihat Tuhan Sendiri bagai pelita suci yang terang benderang.
Itulah tahapan ketika saya menjadi guru di wilayah empat agama, bekerja sekuat tenaga mempelajari makna dari agama-agama ini. Dari keempat agama ini, masing-masing terpilih 60 orang yang telah mencapai tahapan hikmah yang sangat tinggi, dan saya menjadi guru bagi mereka, mencerahkan mereka dengan hikmah yang lebih dalam. Saya bertemu mereka dalam keberagamaan mereka masing-masing, di pura atau candi-candi, di gereja, di masjid, mencoba memberi mereka pemahaman tentang Tuhan dan kebenaran-Nya. Saya mengajari mereka tentang apa yang mereka cari selama ini. Mereka masih hidup sampai kini, tidak mati. Meski mereka telah meninggalkan wujud fisik mereka, tapi mereka tetap hidup, walau tersembunyi. Mereka tidak mati.
Mereka termasuk ke dalam sebuah majelis yang mengatur bumi. Seperti halnya Kongres di negeri ini, ada sebuah kongres Ketuhanan, Majelis Agung. Dan seperti halnya Kongres yang terdiri dari Senat dan dewan-dewan perwakilan, Majelis Agung ini yang berisi orang-orang suci di dalamnya, juga terbagi ke dalam dewan-dewan yang memiliki urusan yang berbeda-beda. Sebagian berurusan dengan penyakit, bagaimana ia menjangkiti, dan apa penyebabnya. Sementara bagian lain bertanggungjawab pada produksi dan distribusi makanan. Ada juga yang berurusan dengan penyebaran hikmah dan pengetahuan. Sementara yang lainnya lagi, yakni para utusan Tuhan, gnani dan wali-wali bertugas menyampaikan pesan-pesan Tuhan bagi dunia ini. Mereka berada di pucuk gunung, bertugas menjaga kebutuhan fisik dan spiritual kaumnya. Yang lainnya adalah para wali yang ditugaskan untuk melaksanakan urusan tertentu. Seperti itulah alam ini berjalan.
Barangsiapa menyerahkan tubuh fisiknya untuk masuk ke wilayah hikmah, maka ia akan masuk ke dalam kelompok ini, Majelis Agung, menjalankan tugas-tugas di 18.000 alam. Majelis ini bertanggungjawab atas hujan, bagaimana dan di mana ia turun, seperti apa pengendaliannya. Mereka bertanggungjawab atas makanan, siapa yang menanam, di mana, dan bagaimana ia didistribusikan. Mereka mengawasi penyakit-penyakit, paceklik, dan wabah, bagaimana datangnya, bagaimana cara mengendalikannya. Seluruh aspek kehidupan dijalankan oleh mereka yang berada di majelis ini, termasuk pula di dalamnya para malaikat yang agung: Jibril a.s., Mikail a.s., Izrail a.s. sang pencabut nyawa, Israfil a.s., Munkar a.s. dan Nakir a.s., Raqib a.s. dan Atid a.s. Para malaikat ini membawa perintah Tuhan kepada majelis untuk didiskusikan, dan ketika sesuatu hal selesai dibahas, berbagai keputusan pun diambil.

Saya pun terhubung dengan majelis ini. Saya pernah ditugaskan mengepalainya, yakni sebagai sheikh dari majelis ini. Ini bukan satu hal yang saya inginkan, tapi ini dilimpahkan kepada saya. Tapi sudahlah, saya tak akan membicarakan itu lebih jauh lagi, mari kita membahas yang lain.
Anak-anakku terkasih, lebih dari 400 tahun terakhir, tak seorang pun di bumi ini tergabung dengan Majelis Agung. Dan untuk itulah alasan saya didatangkan ke sini, yakni menemukan orang-orang di dunia ini untuk kemudian dijadikan anggotanya. Dalam menjalankan misi ini, saya telah membawa dan menebarkan hal-hal, cukup banyak sampai memenuhi sebuah bahtera yang bahkan sanggup membawa jutaan kapal-kapal kecil. Demikian banyak yang telah saya bawa dan coba berikan, namun selama seratusan tahun terakhir itu hanya enambelas-setengah orang yang benar-benar menjadi manusia yang sesungguhnya. Berapa jutakah jumlah orang di dunia ini? Dari semua itu, hanya sedikit sekali yang menerima apa yang saya tawarkan. Mereka menginginkan apa yang ada di dalam bahtera, namun ketika mereka datang kepada saya, mereka membawa beban-beban yang begitu banyak sehingga tak sanggup lagi menampung apa yang saya coba tawarkan.
Tampaknya tak seorang pun siap menerima apa yang saya bawa. Malahan, semua orang mencoba menawari saya dengan apa-apa yang mereka miliki, mereka berusaha menjual barang-barang yang saya tak mungkin membelinya. Juga meski sebagian orang berkeinginan menerima apa yang saya bawa, akan tetapi gudang mereka telah penuh, dan tak ada lagi ruang bagi apa-apa yang hendak saya berikan. Bahkan ketika mereka telah meraihnya sekalipun, seketika itu pula mereka membuangnya kala menyadari mereka tiada sanggup menyimpannya. Beberapa dari mereka berkata, “Tunjukkan Tuhanmu kepadaku, tunjukkan Tuhan yang engkau bicarakan itu. Kami punya satu tuhan yang dapat kami lihat. Lihat, Bawa, lihat tuhan milik kami ini,” dan mereka menunjukkan saya tuhan anjing mereka, patung Krishna mereka, atau tuhan apapun yang mereka miliki. Mereka berkata, “Bawa, engkau berbicara tentang Tuhan yang tak tampak, mana Tuhanmu?”
Saya jawab, “Meski engkau dapat melihat tuhanmu, dapatkah engkau berbicara dengannya, dapatkah ia berbicara denganmu?” Mereka bilang, “Tidak, kami tak dapat bercakap-cakap dengannya, tapi paling tidak kami bisa melihatnya.” Apa yang mereka inginkan hanyalah sesuatu yang mereka bisa lihat dengan mata kepala. Lalu mereka bertanya lagi, “Mana Tuhan yang engkau omongkan itu?”
Saya jawab, “Dia ada di dalam dirimu, Dia ada di dalam diriku, Dia di sini, Dia di sana, Dia ada di mana-mana. Jika engkau menginginkan-Nya, engkau musti menempatkannya di sebuah bejana khusus. Lihat ini, ambil pelita ini. Ini adalah permata yang tak ternilai harganya. Jika engkau menyimpannya dengan baik, engkau akan melihat di mana Tuhan berada. Begitu permata ini memandang kepada-Nya, seketika itu pula ia akan mengeluarkan pelita pesan-pesannya. Engkau tak akan sanggup melihat Tuhan tanpa kekuatan dari cahaya ini.”
“Mana cahaya itu?” tanya mereka, “Tunjukkan cahaya itu, tunjukkan mana Tuhanmu!” Namun ketika saya berusaha menunjukkannya, saya perhatikan mereka membawa empat bejana yang berbeda untuk menampung apa yang saya coba berikan kepada mereka. Bejana yang pertama adalah saringan, persis seperti serat-serat pohon kelapa. Bejana yang kedua mirip seekor kerbau. Yang ketiga bagai pot rusak. Dan yang keempat menyerupai angsa. Semua yang datang, membawa salah satu dari keempat bejana ini untuk mewadahi apa yang saya coba berikan.
Ketika dijelaskan kepada mereka, “Tuhan adalah seperti nektar yang lezat tiada putus-putusnya,” ketika saya mengajak mereka untuk minum madu ilahiah ini, dan ketika saya mengarahkan dan mencoba menuangkannya kepada mereka, bejana yang mereka miliki tak sanggup menampungnya. Saya serukan kepada mereka yang datang dengan pikiran yang seperti saringan, “Kemarilah wahai anakku, ini madu, ini nektar.” Namun ketika saya menuangkannya, madunya hanya meluncur ke bawah; dan hanya kotoran yang tertinggal di atasnya.
Kala mereka melihatnya, mereka bilang, “Apa ini? Aku hanya melihat sampah di sini!” dan mereka pun pergi.
Selanjutnya datanglah mereka yang memiliki pikiran layaknya pot rusak. Saya berkata, “Ini, simpan ini, minumlah.” Saya pun menuang nektar itu, mereka melihat ke dalam pot itu dan menemukannya telah kosong.
Segala yang saya tuang hanya lewat saja melalui lubang-lubang pot. Pot rusak dari pikiran rendah yang tanpa iman ini tak sanggup menampungnya. Lalu mereka mulai membentak saya, “Mana hal-hal yang engkau ceritakan itu? Aku tak melihatnya. Engkau berbohong, engkau tak benar-benar melihat Tuhan,” dan mereka pun pergi.
Kemudian datanglah mereka yang memiliki pikiran kerbau. Saya menunjuk kepada lautan nektar di sana, danau yang berisi air jernih yang lezat tiada tara, mengajak mereka meminum sarinya. Akan tetapi, bukannya berdiri di tepi danau dan meminumnya perlahan, mereka masuk ke tengah danau, melompat-lompat dan mengaduk-aduk lumpur di bawahnya, mengotori airnya. Mereka kembali dari tengah danau dan bertanya-tanya, “Mana air jernih yang engkau ceritakan itu, mana rasa yang lezat itu? Kami hanya melihat lumpur dan kotoran ini!” Mereka yang mengotori air, mereka pula yang kembali bertanya. Mereka adalah orang-orang yang mengambil tiga langkah awal dari perjalanan mendaki: sariyai, kiriyai, dan yogam, mengganggu kejernihan nektar dengan tiga langkah ini. Mereka pun akhirnya pergi.
Yang keempat adalah mereka yang seperti angsa, seekor burung yang begitu indah, putih bersih dengan paruhnya yang panjang. Angsa semacam ini, konon, sukar ditemui di dunia ini. Jika engkau mencampur air dengan susu, burung ini akan memasukkan paruhnya dan menghisap hanya susunya dan menyisakan air di dalamnya. Ia memiliki kemampuan untuk membedakan susu dengan air. Mereka yang datang bak angsa ini sanggup membedakan antara yang duniawi dan yang ilahiah.Mereka dengan hati-hati menyerap yang ilahiah dan meninggalkan apa yang cuma sekedar ilusi. Dalam kata-kata seorang guru atau apa saja yang ada dalam pikiranmu, senantiasa ada campuran antara susu murni dengan air. Barangsiapa sanggup membedakan antara keduanya dan mengambil sari-sari kemurnian, sari-sari kebenaran, mereka telah mencapai tingkatan gnani, sosok yang memiliki hikmah agung.
Hanya ia yang mampu membedakan realitas dari yang bukan-realitas akan mampu pula melihat dirinya, melihat Tuhan dan bersatu dengan-Nya. Ia akan dapat melihat kebenaran, paham akan ilusi-ilusi. Ia akan melihat kehidupannya sendiri, ia akan melihat kehidupan yang lainnya dan dapat berkomunikasi dengan semuanya. Ia akan mendengar tasbih atau meditasi yang berbeda-beda dari setiap makhluk di bumi ini. Ia akan paham sifat dari tasbih-tasbih ini. Ia akan mendengar suara-suara keluar dari tasbih-tasbih ini. Ia akan sanggup menyetel telinganya untuk mendengar suara-suara malaikat atau makhluk-makhluk lainnya, memahami tasbihnya. Ia pun sanggup menyetel telinganya untuk mendengar suara-suara Tuhan keluar dari dalam dirinya. Kebanyakan orang melihat dengan kedua belah matanya, namun ia melihat dengan setiap pori-pori di kulitnya. Setiap pori adalah mata yang dengannya ia dapat melihat. Ia memiliki milyaran pori yang dibangkitkan dengan cahaya ilahiah, dan seluruh pori ini melihat apa yang di sekelilingnya, di belakang, depan, dan di semua sisi. Ia melihat surga, dunia dan semuanya, semua yang ada. Ia melihat semuanya dengan sangat jelas, total. Tak ada satu makhluk pun luput dari mata seperti ini, karena setiap helai bulu, setiap pori di kulitnya adalah penglihatan baginya.
Jika engkau nyalakan dirimu dengan baterai hikmah, setiap pori akan disinari dengan pelita, seperti bola lampu. Jika semua pelita di sini menyala, seluruh kota adalah cahaya yang lengkap gemerlap. Engkau akan bagaikan mentari, senantiasa terang, tiada pernah malam. Suatu tingkatan yang tak ada lagi siang atau malam, segalanya adalah siang. Anakku tersayang, semoga Tuhan menganugerahkanmu hikmah yang seperti ini. Banyak di antara kalian datang meminta untuk memberi kalian apa yang ada padaku. Namun jika engkau membawa bersamamu hal-hal semacam tadi, tak akan ada ruang bagi apa yang hendak kuberikan kepadamu. Buang semua hal itu. Tak ada ruang di gudangmu untuk hal-hal seperti itu. Datanglah dengan tanpa apa-apa dan tangan terbuka, maka engkau akan mampu menyimpan apa-apa yang kuberikan kepadamu. Semoga engkau dapat mencapai hikmah yang seperti ini. Amin

janji qarun

alkisah dalam cerita nabi musa as adalah seorang manusia yang sezaman dengan nabi musa as , dia adalah qarun , dia qarun termasuk umat nabi musa

qarun hidup seperti layaknya manusia bisa ,dia bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sa’at nabi musa di utus sebagai nabi ,qarun menyaksikan perjuangan nabi musa as dalam berdakwah kepada bangsa yahudi ,dan qarun pun tahu perjuangan musa dalam berdakwah sangat sulit dan penuh rintangan,

qarun tahu bahwa setiap nabi memiliki mukjizat dari allah sebagai bukti kenabiannya , lalu terbesit dalam pikiran qarun

saat itu qarun sedang di atas bukit,panas terik matahari di tengah hati membuatnya gelisah hatinya yang menanggung hasrat keinginan yang menjulang tinggi untuk terpenuhi

“hidupku sulit ,aku sudah bekerja tapi tidak kunjung kaya jua,mungkin jika aku meminta ilmu dari musa dengan mukjizat nya aku bisa lekas kaya” gumam si qarun di atas bukit dengan tongkat di tangan nya,sambil mengawasi domba-domba gembalaanya,

kehidupan qarun sehari hari menggembala domba juga sebagai calo atau salesman penghubung antara penjual dan pembeli,dari kambing ,unta,sapi,kulit,atau barang barang kebutuhan masyarakat lainnya,,dari jasanya menghubungkan pembeli dan penjual qarun mendapatkan untung dari penjual yang laku dagangannya karena jasa qarun sebagai sales marketing yang handal

itulah sekelumit keseharian qarun setelah merenung di bukit tadi ,qarun berkeinginan menemui musa as untuk memohon bantuan kepada musa as agar dapat menjadi orang kaya raya yang berkuasa,

seperti biasa-nya musa sebagai nabi selalu berdakwah kepada orang orang yahudi,sebab seorang nabi hanya mendakwahi dan mengurus bangsa nya saja tidak seperti rosullulah muhammad yang di utus allah sebagai rahmat seluruh alam dan mengatasi,mengurus segala bangsa di dunia,ajarannya adalah ajaran universal dan mendunia,dalam berdakwah musa mendatangi semua golongan yahudi dari dan tidak sedikit menuai penolakan,hambatan,ujian,kesulitan dari umatnya bangsa yahudi,

saat musa sedang berdakwah qarun menunggu kesempatan di sebuah bukit sambil bersender di sebuah batu disamping pohon ara sambil sesekali mengamati domba gembalaannya,untuk membicarakan hasrat pribadi-nya kepada nabi musa as, tatapan qarun tajam mengamati musa yang sedang sedang maksuk bersama para pengembala domba yang sedang menerima curahan ilmu syariat allah,kadang musa menghabiskan banyak waktu bersama umatnya untuk menjawab pertanyaan perihal isi taurat,hukum hukumnya ,masalah sosial,wabilkhussus agama samawi yang di bebankan kepadanya,dan bukan itu saja posisi musa seperti orang tua bagi umat yahudi

musa terkenal tegas ,keras,apa adanya,tapi dia memiliki cinta selembut sutra dan kepedulian yang nyata,dia tidak segan menghukum pelangaran yang dilakukan oleh umatnya,

qarun rupanya melihat musa mulai beranjak pergi dari mendakwahi para penggembala domba,bisa nya qarun ikut bergabung untuk mendengarkan ceramah musa as,tapi kali ini ia qarun memisahkan diri karena ada motif tersendiri untuk memohon suatu kepentingan kepada musa as

musa as berjalan beranjak menusuri jalan hendak menuju pulang,dan qarun bergegas dengan hati hati menuruni bukit berbatu setelah tidak jauh dari musa as qarun berteriak

“wahai musa”

“wahai musa , tunggu aku ”

“aku ingin berbicara padamu wahai nabi allah musa”

nabi musa as melihat kehadiran qarun lalu musa memperlambat langkah nya ,bertemulah musa qarun dan di sebuah jalan setapak ,tampak qarun ter engah-engah nafasnya sambil mengucapkan salam dan mencium tangan musa tanda penghormatan pada nabinya,

“ada apa qarun tampaknya kamu membutuhkan aku ,adakah yang dapat aku bantu?”

bertanyalah musa as pada qarun lalu qarun menjawab

“benar hawai musa ,sungguh aku membutuhkan bantuanmu”

“bantuan apa gerangan wahai qarun” ujar musa as

“musa sesungguhnya aku sudah bosan hidup miskin sebagai penggembala domba seperti ini “ujar qarun pada musa as

“bukankah taqdir allah adalah yang terbaik wahai qarun,tidakkah kau tahu hidup di dunia hanya sementara sedangkan setiap segala sesuatu kelak akan di pinta pertanggung jawabannya di hadapan allah di akhirat kelak wahai qarun” ? ujar musa as

qarun pun menyanggah musa,”wahai musa sungguh musa jika aku kaya nanti kelak aku akan membatu perjuangan dakwahmu dengan harta yang kau miliki juga di akhirat kelak aku akan selamat karena hartaku aku pergunakan untuk keperluan agama allah wahai musa as,dan aku pun akan khusu beribadah kepada allah,karena aku kaya fan tidak perlu bekerja keras karena aku kaya wahai musa”

musa pun mengelus jenggotnya yang panjang sambil berfikir ringan dan bergumam dalam hati”benar juga sanggahan qarun ” ujarnya dalam hati

didalam hatinya yang bergelora agar umatnya selamat di dunia dan di akhirat musa berfikir dalam hati

“perjuangan ku jauh dari sukses setiap aku berdakwah selalu saja perihal dunia dan isinya menganggu umatku ,dari kemiskinan yang mengakibatkan perbudakan,hutang,dan banyak penyakit sosial lainnya,tapi jikalau qarun menjadi kaya dan membatu dengan hartanya niscaya akan mempermudah perjuangan aku dalam berdakwah pada umatku” gumam musa as

memang perjuangan musa dalam berdakwah penuh rintangan setelah berhasil membawa bangsa yahudi keluar dari mesir melewati laut merah yang di belah oleh allah untuk menyelamatkan bangsa yahudi dari kejaran fir’aun dan bala tentaranya,setelah itu musa harus membangun masyarakat yahudi yang sesuai dengan hukum taurat,dan untuk itu musa membutuhkan biaya sedangkan ia musa bukan seorang raja yang bisa menarik pajak pada masyrakatnya,dia musa adalah nabi allah dengan gelar kalamullah seorang nabi yang di ajak bicara langsung oleh allah swt,

saat musa asyik berfikir qarun bertanya pandanya

“wahai nabi allah maukah kau membantu aku?,kau adalah seorang nabi yang memiliki mukjizat dan do’a mu di kobul oleh allah,aku mohon bantulah aku wahai musa”

memelas qarun pada musa as dengan iba dan air mata membasahi pipinya sembari berkata

“wahai musa as hidupku menderita aku harus bekerja memeras keringat sebagai penggembala domba dan menjual dagangan orang lain,seandainya aku punya modal niscaya aku akan memiliki usaha sendiri dan memiliki anak buah untuk mengurus semua usaha dan niscaya bangsa umat tidak menjadi penganggur karena akan aku rekrut sebagai pegawaiku wahai musa,sehingga dengan begitu umat akan tenang beribadah karena kebutuhan untuk keluarganya tercukupi ” bujuk qarun pada musa as

tak terasa obrolan sambil bejalan musa as dan qarun sudah jauh dan sampai di kediaman musa,lalu musa mempersilahkan qarun untuk duduk di ruang tamu,sambil musa as berujar pada istrinya yang menyambutnya di depan pintu untuk menyediankan air dan sedikit makanan,

dalam suasana santai dituang tamu dengan udara menjelang sore musa as bertanya pada qarun

“wahai qarun utarakanlah apa rencanamu yang kamu membutuhkan saran dan bantuan ku”

jawab qarun;

“wahai musa aku mau kau berdo’a kepada allah agar aku diberi kuasa atau ilmu dari sisi allah agar dapat merubah benda yang ku pegang dan aku bacakan ismu adzom dapat menjadi logam emas”

musa menjawab;

“wahai qarun sungguh berat permintaanmu,itu mustahil dan melawan qudrat allah di dunia ini”

qarun memotong musa as;

“wahai musa, kau adalah nabi allah yang memiliki mukjizat kau tinggal berdo’a pada allah dan allah niscaya akan mengabulkan do’a mu wahai musa”

musa berkata pada qarun;

“wahai qarun sesuatu yang melanggar qodrat allah akan menjadi bumerang bagi dirimu,permintaanmu di luar kebiasaan manusia aku takut kamu celaka karena permintaanmu qarun,sedang kemalangan di kemudian hari tidak dapat di ketahui dan direncanakan sebagi mana kamu berencana untuk masa depanmu ,wahai qarun sesungguh nya azab allah sangat keras lagi berat apakah kau tidak takut” ?

qarun menjawab pertanyaan musa as

“wahai musa as sungguh aku memiliki keyakinan akan ke berhasilanku dan aku berjanji siap menanggung segala akibatnya ,demi hidupku agat manfaat untuk bangsa yahudi dan bisa mengentaskan kemiskinan di kalangan kita”

“wahai musa as aku berjanji dengan nama tuhan allah bahwa akan membantu perjuanganmu wahai musa dalam berdakwah di jalan allah”

musa as berujar pada qarun;

“wahai qarun baiklah jika kau bersikeras akan niat mu itu,aku akan berdo’a pada allah dan memohon agar di berikan jalan keluar”

“sekarang kau pulanglah tunggu kabar dari ku wahai qarun”

lalu qarun pamit untuk kembali ke kebukit di mana domba-dombanya di gembalakan lalu mengiringnya pulang ke kandang,sambil mengiring domba nya pulang qarun tampak senang dan gembira permintaanya pada musa di setujui olehnya,sesampainya di rumah qarun bersender kamar yang menghadap ke jendela suasana malam merayap menabur cahaya bintang gemerlap bulan sabit tampak sembunyi di balik awan, suara burung bulbul bersautan menambah sahdu malam itu,

qarun tidak bisa tidur malam itu,ia tak sabar menunggu kabar dari musa as,perihal hajad nya,pikirannya menerawang mungkinkah terwujud keinginannya itu,malam ini menjadi malam panjang bagi qarun,kadang ia tertawa sendiri dan ketakutan sendiri apabila teringat peringatan musa as akan dampak dari keinginanya yang mustahil itu,udara malam mulai menusuk tulang qarun mulai merasa ngantuk lalu bergegas ke pembaringan untuk melanjutkan fantasinya di alam mimpi

pagi menjelang,sinar matahari pagi menembus celah jendela qarun pun terbangun,selesai mandi qorun mengembalakan kambing di padang safana di samping desa lalu tampak dari ke jauhan ada suara melengkin yang sudah akrab di telinganya,,iya itu suara tetangganya marut,ia memanggil manggil “qoruuuun”

“qaruuuuuun dirumahmu ada tamu”

dengan terengah-engah tetangganya berkata;

“wahai qarun dirumah mu ada nabi musa as menunggumu”

qarun langsung bergegas pulang ,sesampai di rumah nabi musa tampak menunggunya di kursi halaman depan rumah nya,

“salam ya nabi allah”

sapa qarun

“salam sejahtera untukmu qarun”

jawab musa as,lalu menyambung

“sungguh aku telah ber do’a pada allah lalu allah mewahyukan padaku sebuah ismul adzom padaku “

Halo dunia!

Ini adalah pos pertama Anda. Klik tautan Sunting untuk mengubah atau menghapusnya, atau mulai pos baru. Jika Anda menyukai, gunakan pos ini untuk menjelaskan kepada pembaca mengapa Anda memulai blog ini dan apa rencana Anda dengan blog ini.

Selamat blogging!